FPI adalah Ormas yang selalu
unjuk gigi dengan aksi dakwah (baca: kekerasan)mereka yang selalu teriak-teriak
bawa-bawa Islam dalam setiap aksinya (padahal sangat jauh dari ciri Islam yang
dibawa Kanjeng Nabi Saw). Dan tanpa malu,setiap kekerasan,mereka iringi dengan Asma
A’dhom “Allahu Akbar”. Menyandingkan Asma A’dhom dengan kebiadaban sungguh
sangat tercela.
Dakwah ala FPI bukan
menyadarkan manusia yang dianggap “sesat”yang butuh pencerahan, cayah ke jalan
yang benar. Namun justru menimbulkan kerusakan fisik, teror, rusaknya citra
Islam bahkan pembunuhan,lagi-lagi atas nama agama.
Kenapa mereka gagal menyadarkan manusia???
Mereka keliru menafsirkan dalil :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
.( وراه مسلم)
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”
Hadits tersebut manjadi alat pembenaran aksi-aksi mereka yang tak kenal ampun
kepada yang dianggap “sesat”dari jalan Tuhan. Bahkan mereka seolah-olah jadi
Tuhan yang berhak vonis si fulan ahli neraka, si fulan ahli surga. Dari manakah
keyakinan mereka itu???
Merekonstruksi tafsir yang keliru :
Hadist dakwah :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ.( وراه مسلم)
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”
Penjelasan : Hadits tersebut sering dipahami dengan keliru dan akibatnya adalah sebuah kesalahan yang fatal. Jika diperhatikan dengan teliti dan dengan hati yang bersih, maka justru makna yang terkandung sangat bertentangan dengan yang dipahami selama ini bahwa kekerasan adalah yang paling benar dalam hadits tersebut.
Jika diurai,maka hadits tersebut menjadi tiga tingkatan mengubah suatu kemungkaran :
1. فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ
“maka ubahlah dengan tangannya (dengan mengubah secara fisik)”
2. فَبِلِسَانِهِ
“maka ubahlah dengan lisannya (dengan nasehat)”
3. فَبِقَلْبِهِ
“maka ubahlah dengan hatinya (dengan mengubah hatinya)”
Jika melihat rincian tersebut,maka akan didapati sebuah makna yang seolah-olah kekerasan (dengan tangan) adalah metode yang paling kuat,namun sebetulnya adalah metode paling lemah.Kenapa?
Rosul SAW menyebut : وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَان Setelah menyebut فَبِقَلْبِهِ.
Rosul SAW tidak menyebut : وَهذا أَضْعَفُ الْإِيمَان Setelah menyebut فَبِقَلْبِهِ
ذَلِكَ kembali kepada kalimat yang pertama,karena disebut pertama kalli (yang terjauh),sehingga tingkatan dakwah tertinggi adalah mengubah hatinya, kemudian dengan lisan dan terakhir dengan tangan (kekerasan).
Perintah lemah lembut dalam berdakwah :
Dari Sayyidah ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya.” (HR. Al-Bukhari no. 6024 dan Muslim no. 2165)
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk.” (HR. Muslim no. 2594)
Sayyidina Abu Hurairah berkata:
قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ
“Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid. Maka para sahabat ingin mengusirnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda kepada mereka, “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air -atau dengan setimba besar air-. Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesusahan.”
Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (lemah lembut) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Allah Ta’ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159)
(dari berbagai sumber dan kongkow bareng shufi muda)
0 comments:
Post a Comment