Surat Terbuka TKI Hongkong Untuk Ustadz Solmed

 

Surat Terbuka TKI Hongkong Untuk "Ustadz" Solmed

 
Kepada Yth :

Ustaz Solmed



Ustaz Solmed yang terhormat, saya adalah salah satu TKI Hong Kong yang terluka dengan pernyataan ustaz di twitter yang mencurigai kami (TKI Hong Kong) sebagai jaringan dari

komunis. Saya (masih) memaklumi jika ustaz memasang tarif saat diundang untuk berceramah.

Itu hak ustaz. Pun, saya juga mengerti jika ustaz membela diri ketika ustaz dituding menaikkan tarif saat diminta ceramah di Hong Kong, terlepas dari benar atau tidaknya argumen yang ustad sampaikan. Namun, ketika ustad “berkicau” di twitter dengan menyatakan kecurigaan bahwa TKI Hong Kong merupakan bagian dari jaringan komunis, maka saya sebagai bagian dari TKI Hong Kong merasa terluka, teriris hati saya mendengar hal ini.

Saya suka menulis, saya menyampaikan hal ini melalui tulisan dan mem-broadcastnya di sosmed bukan untuk mencari sensasi, apalagi popularitas. Ini adalah suara hati saya. Sedih tak terkira saya melihat seorang ustad “memerangi” saudara seagamanya dengan bersenjatakan media. 


Miris, melihat dan mendengar pemberitaan beberapa media yang menurunkan berita timpang (tidak balance, hanya memaparkan berita dari pihak ustad Solmed, tidak berusaha

melakukan cross check dengan pihak EO di Hong Kong).



Secara pribadi, saya tidak ada dendam dengan ustad. Saya pertama kali melihat ustazmelalui tayangan sinetron di televisi (saya lupa judulnya). Tayangan itu saya saksikan

melalui internet. Saya bukan pecinta sinetron, hanya saja saya tertarik menyaksikan sinetron tersebut karena ada Maher Zain yang ikut syuting di dalamnya (sewaktu dia berkunjung ke Indonesia). 



Sebagai TKI Hong Kong, saya memang mengikuti perkembangan konflik ustad dengan salah satu event organizer (EO) di Hong Kong yang mengundang ustad untuk berceramah. Namun, saya tak ikut ambil pusing. 



Saya bukan bagian dari EO tersebut, dan (tadinya) saya pikir, perselisihan ustad dengan EO tersebut dapat menemui titik temu (damai). Tetapi, semakin lama, ustad semakin membuat

pernyataan yang tidak-tidak, bahkan cenderung memfitnah. Di infotainment, ustad menyebut angka 150 juta rupiah yang bakalan dikeruk oleh EO di Hong Kong dari penjualan tiket masuk yang dijual kepada para jamaah. 



Ijinkan saya bertanya, dari mana ustaz dapatkan angka fantastis tersebut?



Hampir tujuh tahun saya di Hong Kong dan selama 4 tahun terakhir ini saya berkecimpung dalam organisasi yang kadang menjadi EO suatau acara dengan mengundang bintang tamu

artis dari Indonesia. 



Sedikit banyak, saya tahu seluk-beluk penyelenggaraan acara di Hong Kong. Untuk gedung di Sheung Wan yang rencananya akan dipakai untuk acara yang sedianya akan ustad hadiri tersebut, setidaknya sudah 3 kali saya memasukinya. 



Gedung tersebut merupakan ruangan berbentuk L yang kapasitasnya (menurut pengamatan orang awam seperti saya), hanya muat untuk 500 orang (itu juga kalau dijejal-jejal). 



Jika tiket masuk dijual seharga 50 (Hong Kong dollar), dan pengajian diadakan dua sesi, maka hasil dari penjualan tiket adalah : 50 x 1000 orang = 50.000 (Hong Kong dollar). 



Kurs saat ini : HK$ 1 = Rp. 1300 (kurang lebih, karena kurs naik turun). Jadi, jika ustazmenyebut angka 150 juta rupiah, maka saya katakan hal tersebut adalah AJAIB (kalau tak mau dikatakan OMONG KOSONG). 



Lagipula, angka HK$50. 000 itu dengan asumsi bahwa tiket terjual habis (sold out)*. Pada kenyataanya, tidak semua tiket bisa terjual habis.



Dan uang sejumlah itu bisa dikatakan sangat pas-pasan untuk membiayai sebuah acara di Hong Kong. Ini berdasarkan pengalaman saya selama bergelut dalam organisasi Forum Lingkar Pena Hong Kong.



Perlu ustaz ketahui, pengajian di Hong Kong dengan menjual tiket (entah itu HK$20, 50, atau 100) itu sudah lazim di kalangan tenaga kerja Indonesia di Hong Kong ini. 



Di Hong Kong ini, memakai mesjid atau gedung TIDAK BISA GRATIS. Minimal perlu HK$ 4.000 untuk sewa satu gedung (ini harga sewa gedung di pelosok, kalau di pusat kota minimal bisa dua kali lipatnya). 



Belum lagi sewa sound systemnya (tidak mungkin ‘kan ustad teriak-teriak atau lari sana-sini agar suara ustad dapat didengar oleh jamaah yang hadir). 



Harga sewa sound system bisa berkisar HK$ 5.000 ke atas. Belum lagi ditambah biaya pembelian tiket pesawat untuk ustad dan manajer ustad, biaya hotel, konsumsi,transportasi, dll. Jika pun acara di laksanakan di tempat terbuka, seperti lapangan Victoria Park, itu juga harus ada ijin dari pengelolanya.



Setidaknya, penyelenggara acara harus membayar uang asuransi pada pengelola taman jika ingin menggunakan area tersebut. Hal ini saya ketahui saat mencari info tentang

penggunaan lapangan rumput dan tenda putih atas Victoria Park. 



Dan lebih fantastis lagi, sound system kalau untuk outdoor seperti di lapangan Victoria Park, harga sewanya bisa mencapai belasan juta rupiah. Jadi, jika ustad mengatakan bahwa dakwah ustad dijadikan lahan bisnis oleh EO di Hong Kong, saya sangat meragukan hal ini. 



Karena, yang saya tahu, jika pun acara pengajian itu memperoleh keuntungan dari penjulan tiket serta dana dari kotak amal (yang diedarkan saat pengajian berlangsung), maka dana tersebut tidak akan masuk ke kantong panitia penyelenggara, melainkan disumbangkan ke Indonesia, entah itu untuk pembangunan mesjid, pesantren, dll. 



Mengenai hal ini, mungkin ustaz bisa bertanya pada EO yang mengundang ustaz, berapa pondok pesantren yang sudah mereka biayai dari uang sisa yang didapat dari acara pengajian yang mereka adakan. 



Ustad akan lebih tercengang lagi, jika melihat fakta bahwa begitu banyak mujahidah di Hong Kong ini yang rela berpanas-hujan menjual majalah, meminjamkan buku melalui perpustakaan lesehan, menjual buku, dll demi mendapat keuntungan 1 atau 2 dolar yang mereka kumpulkan untuk kemudian disumbangkan ke Indonesia. 



Bayangkan, mereka rela berlelah-lelah di hari yang seharusnya menjadi hari libur mereka. Saya sendiri pun pernah mengalaminya, menggeret-geret koper besar berisi buku-buku untuk dipinjamkan. 



Uang penyewaan buku hanya numpang lewat di tangan saya,untuk kemudian disumbangkan ke Indonesia. Jika ustad mengatakan bahwa seluruh biaya yang saya sebutkan itu (tiket pesawat, hotel, dll) sudah ditanggung oleh sponsor, maka silakan disebutkan siapa saja sponsor acara tersebut, berapa banyak uang yang mereka berikan sehingga bisa mengcover seluruh biaya tersebut? 



Setahu saya, untuk satu event semisal pengajian, 3 atau 4 sponsor saja itu belum tentu ada, karena kini semakin banyak organisasi TKI di Hong Kong, banyak acara yang bisa mereka pilih untuk didukung.



Satu sponsor saja, biasanya member support materi yang tidak begitu banyak, sekitar HK$500 – HK$ 2.000, sangat jauh untuk bisa menutup biaya-biaya yang harus dikeluarkan.



Saya berbicara berdasarkan fakta. Menurut pengalaman saya dalam mencari dana dari sponsor, kadang dana dari sponsor tidak diberikan dalam bentuk tunai, tapi berupa barang yang harus dijual, jadi tidak berbentuk cash money.



Well, dua pertanyaan itu (dari mana angka 150 juta itu ustad dapat dan sponsor mana yang mau mendanai penuh acara yang akan ustad hadiri), akan membuktikan kebenaran dari

ucapan ustad. 



Mari bicara fakta, atau diam jika hanya menimbulkan fitnah, menyakiti kami (TKI Hong Kong) yang ustad sebut sebagai “saudara”. Sekali lagi, saya sangat maklum jika benar ustad memasang tariff dan meminta fasilitas ini-itu pada panitia. Saya juga tidak menyalahkan

jika ustad (mungkin) berbohong di media untuk menjaga reputasi ustad. Itu manusiawi. 



Silakan saja, dosa ditanggung ustad sendiri. Namun, jika konfliknya melebar sampai ustad

koar-koar di twitter dengan menyatakan kecurigaan bahwa TKI Hong Kong adalah jaringan dari komunis, itu sudah keterlaluan. 



Curiga boleh saja, tapi tak harus berkicau di sosmed tanpa fakta, tanpa tabayyun, karena itu semua akan menjadi fitnah yang lebih kejam dari pembunuhan.



Untuk media-media di Indonesia Di Indonesia, mungkin nama ustad Solmed sangat layak jual. Sehingga otomatis, berita yang menyangkut dirinya akan menarik bagi masyarakat. 



Namun, setahu saya setiap berita yang diturunkan haruslah berimbang, tidak boleh hanya

dari satu sisi saja. Meskipun narasumber berita jauh, wartawan harus tetap mengusahakan untuk mewawancarainya meski hanya melalui saluran telepon. 



Jika si narasumber tidak dapat dihubungi, maka hal tersebut juga harus disampaikan kepada masyarakat, bahwa si wartawan sudah berusaha menghubungi, namun hingga saat berita

diturunkan, narasumber belum memberikan jawaban.



Silakan menghubungi dan mewawancarai langsung EO yang mengundang ustad Solmed ke Hong Kong, agar berita yang disampaikan pada masyarakat tidak berat sebelah, dan tidak

lebay (saya pernah melihat tayangan infotainment yang menampilan media yang memuat berita dengan judul “Astaga, tarif ustad Solmed 150 juta”. 



Menurut saya judul tersebut sangatlah lebay karena angka 150 juta tersebut bukan tariff

yang dipatok sang ustad, melainkan angka perkiraan sang ustad dari penghitungan penjulan tiket yang dijual oleh panitia). Memang, judul bombastis bisa menaikkan berita, tapi akan merugikan media sendiri jika judul tak sesuai dengan isi. 



Akibatnya, bukan tidak mungkin media yang seperti itu akan kehilangan kepercayaan dari masayarakat yang berimbas pada kematian media itu sendiri.

TKI di Hong Kong mudah dijumpai di jejaring social Facebook. Itulah mengapa, ketika ustad Solmed koar-koar di Twitter, yang ikut me-retweet dari kalangan TKI Hong Kong hanya mempunyai beberapa follower, karena memang TKI Hong Kong hanya sedikit saja yang ber-twitter ria. Kami lebih nyaman di Facebook karena bisa membaca info-info menarik dari catatan fans fage, sharing foto, dll, sedangkan twitter tidak memungkinkan hal itu, karena membatasi penulisan hanya 140 karakter saja.

Untuk teman-teman TKI/BMI Hong Kong, kita adalah satu tubuh, ketika ada pihak yang menyakiti bagian dari diri kita, tentu kita akan ikut terluka. Demikian pula halnya dengan diri saya. Awalnya saya tak ingin angkat bicara, malas koar-koar di sosmed. 


Tetapi, saya melihat beberapa aktivis BMI HK yang biasanya vocal membela BMI, diam melihat hal ini, sama sekali tak berkomentar. Dan yang bukan aktivis, ada saja yang nyinyir dengan mengatakan bahwa pengajian harus gratis lah, salah panitia ngundangnya artis lah, dll. Untuk yang belum pernah berkecimpung di organisasi BMI, tentu pernyataan “gratis” tadi wajar saja, karena ketidaktahuan mereka bahwa tidak ada yang gratis di Hong Kong ini. 



Lagipula, tiket dijual kepada mereka yang bersedia membayar, tak ada paksaan. Pun dengan kotak amal, tidak ada paksaan untuk mengisinya. Saya ungkapkan di sini, event pengajian yang diadakan berbagai organisasi BMI di Hong Kong, tidaklah bertujuan untuk mengeruk untung ataupun dijadikan lahan bisnis seperti yang dikatakan ustaz Solmed. Saudara-saudara kita berjuang menegakkan agama islam di negeri non muslim ini. 



Jika pun ada yang membisniskan pengajian, itu adalah oknum, jangan pernah melakukan generalisir dengan menyebutkan BMI/TKI Hong Kong, karena akan sangat fatal akibatnya, menjadi fitnah yang menyakiti semua.



Kita bisa saja memaafkan ustad Solmed atas pernyataannya di twitter yang mencurigai TKI Hong Kong sebagai komunis, kita juga bisa memboikot ustad Solmed dengan menganjurkan

keluarga kita agar meninggalkan segala tontonan yang menampilkan ustad Solmed. Kita adalah kekuatan yang besar jika bersatu. Kita dikatakan komunis, komunis itu tak bertuhan, rela kita dikatakan demikian?



Untuk teman-teman yang berkecimpung di organisasi, terutama dalam bidang keagamaan, mari jadikan kasus ini sebagai pelajaran. Selama ini, mungkin teman-teman tidak pernah membuat perjanjian (kontrak) tertulis dengan tamu (ustaz/artis) yang akan diundang. 



Belajar dari hal ini, tawarkanlan surat perjanjian pada tamu yang akan diundang. Jika hal itu dianggap merepotkan, maka gunakan fasilitas rekam suara di HP. Kita bisa merekam pembicaraan di HP dengan sang tamu yang akan diundang. 



Atau, simpanlah bukti sms/whatsapp untuk setiap deal yang teman-teman lakukan dengan calon tamu. Jadi, jika di kemudian hari terjadi konflik seperti ustad Solmed di atas, teman-teman punya bukti kuat.



Demikian yang ingin saya ungkapkan. Mohon maaf jika ada pembaca yang kurang berkenan dengan tulisan saya ini. Silakan diluruskan jika da kekeliruan dalam tulisan saya ini.

Saya Rihanu Alifa, saya TKI Hong Kong, tidak kenal ustad Solmed, juga tidak kenal dengan organisasi TKI Hong Kong yang berseteru dengannya. Saya tidak memihak siapapun.



Saya menuliskan hal ini karena bagaimanapun juga, saya adalah bagian dari TKI Hong Kong yang akan terluka jika nama TKI Hong Kong dinodai. Yang benar hanya dari Allah. Semoga tulisan saya ini bermanfaat dan ada hikmah yang dapat dipetik di dalamnya, tidak menjadi ghibah, apalagi fitnah.




Shatin, 17 Agustus 2013


Salam santun,

Rihanu Alifa


source : nabawia

"
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ"
Read More...

Bahaya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

AWALNYA gerakan yang selalu mengembar-gemborkan isu khilafah ini hanya mentargetkan 13 tahun untuk merealisasikan konsep politiknya.1 Namun, semenjak dirintis, tepatnya tahun 1953, belum satu negarapun di dunia yang mengibarkan bendera khilafah mereka. Waktu pun diperhitungkan kembali. Kali ini mereka menaruh limit hingga tiga dasawarsa.2 Apa boleh buat, perhitungan tinggallah perhitunggan. Sampai saat ini, tepatnya ulang tahun Hizbut Tahrir yang ke-56, masih belum ada kabar baik, kapan khilafah mereka diresmikan. Justru, keberadaan Hizbut Tahrir selalu diuber-uber oleh pemerintah setempat.3
Tanggal 12 Agustus 2007 Hizbut Tahrir baru menginjak tahap kedua dari tiga tahap proses perubahan yang mereka konsepkan, yakni tahap berinteraksi dengan umat (marhalah tafâ‘ul ma‘al-ummah) yang selanjutnya akan disusul dengan tahap penerimaan kekuasaan (istislâmul-hukmi). Mereka menandai keberhasilan tersebut dengan menyelenggarakan Konferensi Khilafah Internasional di gelora Bung Karno Jakarta.
Satu hal yang mungkin dianggap lucu dari sepak terjang pergerakan ini, di mana gerakan yang selalu mengkafirkan, menghina, bahkan membenci dengan sepenuh hati terhadap konsep demokrasi,4 justru baru bisa mengibarkan benderanya di negeri yang menjunjung tinggi asas demokrasi. Coba lihat, di mana Hizbut Tahrir berani dan dapat menyelenggarakan acara sebesar itu di negara Islam lain? Seharusnya mereka banyak bersyukur kepada demokrasi Indonesia. Mereka tumbuh subur dari demokrasi yang mereka benci. Tapi sayang mereka justru memilih tumbuh menjadi benalu. 
Entah, bodohnya Indonesia atau memang ia dibodohi HTI. Bagaimana bisa, bentuk negara kesatuan yang telah diberi harga mati mengizinkan organisasi politik lain untuk dapat mengibarkan bendera pendudukan di negaranya. Apakah ia tidak membaca sejarah kelam pergerakan tersebut?5 Apakah ia tidak pula memperhatikan konsep ideologi teologis dan politisnya? Nestapa, bila kita tidak mengenal siapa sebenarnya mereka.
Untuk itu, tidak salah kiranya bila kami turut menasihati agar segenap sepak terjang pergerakan ini terus dipantau dan diwaspadai. Perlu diwaspadai karena Hizbut Tahrir ditengarai mengusung ide-ide dan wacana menyimpang yang meresahkan umat Islam. Dari berbagai ide dan wacana tersebut, setidaknya terdapat tiga klasifikasi pembahasan yang perlu diperhatikan:
Pertama, akidah. Bila berbicara tentang akidah Hizbut Tahrir maka kita akan dihadapkan pada berbagai fakta penyimpangan yang kompleks, utamanya yang berkenaan dengan permasalahan qadhâ’ dan qadar. Pandangan Hizbut Tahrir mengenai qadhâ’ dan qadar sama persis dengan aliran sesat Muktazilah.6 Lebih dari itu mereka meragukan kepercayaan terhadap qadhâ’ dan qadar sebagai bagian dari rukun iman.7
Aliran ini juga menyatakan dengan tegas bahwa meraih petunjuk dan terjerumus dalam kesesatan adalah murni hasil dari tindakan manusia. Tidak ada intervensi Tuhan sedikitpun.8 Petunjuk dan kesesatan, menurut mereka, adalah pilihan hidup yang berada pada area yang dikuasai oleh setiap pribadi. Karenanya, mereka dapat menentukan sendiri jalan kehidupan di antara keduanya. Dan dari sanalah nantinya Tuhan akan memberi balasan bagi setiap tindakan.
Di samping itu, mereka juga banyak meragukan akidah-akidah yang telah diyakini oleh mayoritas umat Islam, utamanya terhadap hal-hal yang berbau mistik dan gaib, seperti keyakinan akan siksa kubur, keyakinan adanya pertanyaan Malaikat Munkar-Nakir,            keyakinan akan turunnya Isa di akhir zaman, keyakinan akan fitnah Dajjal, keyakinan atas syafaat Nabi e di padang Mahsyar, dan lain sebagainya.9 Bagi mereka, segenap bentuk kepercayaan di atas tidak wajib diyakini karena berangkat melalui riwayat ahâd. Namun, mereka tidak pernah mau mengkaji ke-mutawâtir-an Hadis-Hadis tersebut secara ma‘nawi. Sehingga, penyimpangan-penyimpangan tadi hampir menjadi ciri khas akidah para syabâb Hizbut Tahrir.
Kedua, syarî‘ah. Meskipun bergerak dalam bidang politik, Hizbut Tahrir juga banyak mengeluarkan fatwa-fatwa fikih yang ditengarai provokatif. Berbagai fatwa tersebut dapat disimak melalui edaran-edaran yang mereka sebarkan, seperti al-Khilafah, al-Islam, dan al-Wa’ie atau fatwa-fatwa yang telah dilontarkan oleh pendiri gerakan ini, an-Nabhani, melalui berbagai karyanya.
Dalam Al-Khilafah edisi Rabiul Awal Tahun 1416 Hizbut Tahrir sempat mengharamkan tawasul, baik itu tawasul melalui para nabi atau orang-orang salih. Bukan hanya itu, peringatan maulid Nabi e turut diharamkannya, persis seperti mainstream gerakan Wahabi.
Di antaranya lagi, mereka menghalalkan berciuman dengan lain jenis meskipun dengan syahwat dan tanpa sâtir (peghalang).10 Fatwa ini memang terbilang nyeleneh dan menantang. Namun, para syabâb Hizbut Tahrir mengakui akan keberadaan fatwa tersebut, kecuali syabâb Hizbut Tahrir Indonesia yang enggan dan menganggap fatwa tersebut tidak mewakili.
Dalam edaran 08 Muharram 1390 H, mulanya mereka hanya menghalalkan berciuman dan bersalaman antara laki-laki dan perempuan (bukan mahram) yang baru tiba dari perjalanan. Itupun masih dibatasi dengan tanpa disertai syahwat.11 Setelah itu, pada edaran berikutnya, tepatnya tertanggal 24 Rabiul Awal 1390 H, mereka menfatwakan bolehnya bersalaman dan berciuman secara mutlak. Dalam fatwa tersebut turut ditampilkan berbagai alasan logis sebagai landasan atas ijtihâd ngawur-nya.
Meskipun fatwa halalnya berciuman tidak pernah dilontarkan oleh an-Nabhani, setidaknya ia merupakan biang dari penyimpangan yang ada. Manhaj istinbâtul-ahkâm (metodologi penggalian hukum) an-Nabhani telah mengobsesi para syabâb Hizbut Tahrir untuk melakukan ijtihâd sendiri. Lebih-lebih an-Nabhani secara pribadi telah mengaku sebagai mujtahid12 dan banyak menganjurkan segenap pengikutnya untuk berani ber-ijtihâd.
Dalam Nidzâmul-Ijtima‘i Fil-Islâm, an-Nabhani telah ber-ijtihâd akan bolehnya bersalaman antara laki-laki dan perempuan.13 Pendapat tersebut lebih diperkokoh melalui kitab asy-Syakhshiyah al-Islâmiyah-nya dengan menampilkan panjang lebar sistematika pengalian hukum yang ia tempuh.14 An-Nabhani juga menyebut pendapat yang mengharamkan berjabat tangan jauh dari mainstream syariah.15
Di sela-sela pemaparannya itu, an-Nabhani menambahkan bahwa tangan bukanlah termasuk aurat bagi wanita. Wacana ini berangkat dari pemahaman an-Nabhani terhadap ayat “aulâmastumun-nisâ’” yang menurutnya hanya mengindikasikan hukum batalnya wuduk bukan hukum haramnya bersentuhan.16
Meskipun bersalaman termasuk masalah furû‘iyah dan masih dalam lingkaran mazhab empat, namun metodologi yang digunakan oleh ulama mazhab tidak sama dengan proses pengalian hukum yang telah ditempuh an-Nabhani. Sehingga, ketika konsep mereka dikembangkan tidak sampai melahirkan hukum-hukum ngawur seperi yang telah terjadi pada mazhab Hizbut Tahrir. Perbedaan manhaj inilah yang selanjutnya melahirkan berbagai penyimpangan hukum syariah di tubuh organisasi ini.  
Ketiga, siyâsah.Politik merupkan perhatian utama bagi gerakan Hizbut Tahrir. Misi utama dari politiknya adalah dapat merebut kekuasaan dari pimpinan yang sah dengan bertamengkan isu khilafah. Kelompok ini, nyaris mengkafirkan segenap sistem politik yang ada saat ini. Sehingga, politik Hizbut Tahrir lebih tampak berposisi sebagai oposisi radikal. Mereka mengharuskan konsep perpolitikannya (al-Khilafah ‘la Manhaji Hizbit-Tahrîr) direalisasikan dengan atas nama Islam. Padahal politik dan sistem pemerintahan dalam Islam merupakan bagian dari permasalahan furû‘iyah yang cenderung fleksibel dan ramah.
Radikalisme Hizbut Tahrir juga terbukti dari berbagai sepak terjang pendiri gerakan tersebut dalam menghadapi berbagai sistem pemerintahan Islam selama ini. An-Nabhani mengajarkan kepada para aktivis Hizbut Tahrir bahwa cara dakwah yang harus mereka tempuh adalah dengan membuat opini buruk tentang pemerintah dan disebarluaskan ke segenap masyarakat.
An-Nabhani berkata: “…semestinya aktivitas Hizbut Tahrir yang paling menonjol adalah aktivitas menyerang seluruh bentuk interaksi yang berlangsung antara penguasa dengan umat dalam semua aspek, baik menyangkut cara penguasa tersebut mengurus kemaslahatan, seperti pembangunan jembatan, pendirian rumah sakit, atau cara melaksanakan aktivitas yang meyebabkan penguasa tersebut mampu melaksanakan (urusan umat) seperti pembentukan kementrian dan pemilihan wakil rakyat. Yang dimaksud dengan penguasa di sini adalah pemerintah.”
Kemudian an-Nabhani melanjutkan, “Oleh karena itu, kelompok berkuasa tadi seluruhnya harus diserang, baik menyangkut tindakan maupun pemikiran politiknya.”17
Setelah kita menyimak beberapa ide dan wacana yang mereka usung, meskipun tidak kami sebutkan semua karena keterbatasan tempat, setidaknya cukup untuk memberikan alasan kenapa gerakan ini perlu diwaspadai. Selanjutnya pembaca yang lebih paham mengenai tindakan apa yang harus ditempuh.[]
 
1 A. Najiyullah, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, Akar Ideologis, dan Penyebarannya, Hal 90
2 Ibid.
3 Fron Pembela Akidah Ahlussunnah, Bahaya Hizbut Tahrir, hal. 4
4 Muhammad Muhsin Radi, Hizbut-Tahrîr, Tsaqâfatuhu Wa Manhajuhu Fî Iqâmati Daulah al-Khilâfah al-Islâmiyah, hal. 167-170 dan Al-Wa’ie no. 42 tahun IV 1-29 Pebruari 2004
5 Hizbut Tahrir telah melancarkan beberapa upaya pengambil alihan kekuasaan di banyak negeri-negeri Arab, seperti Yordania pada tahun 1969, di Mesir tahun 1973, dan Iraq tahun 1972. Juga di Tunisia, Aljazair, dan Sudan. Sebagian upaya kudeta ini diumumkan secara resmi oleh media massa, sedangkan sebagian lainnya memang sengaja tidak diumumkan. Sumber: Nasyrah Hizbut Tahrir, diterjemahkan dari kitab Mafhûmul-‘Adâlah al-Ijtimâ‘iyah, Beirut, cetakan II, 1991, hal 140-151, dan hal 266-267,
6 Untuk lebih jelasnya dapat disimak pada artikel selanjutnya “Muktazilah Edisi Revisi”
7 Taqiyuddin an-Nabhani, asy-Syakhsihyah al-Islâmiyah, juz 1 hal 70, 71
8 Ibid.
9 A. Najiyullah, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, Akar Ideologis dan Penyebarannya. Hal.91, Komunitas Mantan Hizbut Tahrir, pengelolakomaht@yahoo.co.id, 30 Juli 2008
10 Fatwa Selembaran Hizbut Tahrir, 24 Robiul Awal 1390. A. Najiyullah, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, Akar Ideologis dan Penyebarannya, hal. 91
11 Fatwa Selembaran Hizbut Tahrir, 08 Muharram 1390.
12 Syekh Abdullah al-Hariri al-Habasyi, Al-Ghârat al-Ilmâniyât fî Raddi Mafasidit-Tahrîriyah, hal 1
13 Taqiyyuddin an-Nabhani, An-Nizhâm al-Ijtimâ’i fil-Islâm, hal 57
14 Taqiyyuddin an-Nabhani, As-Syakhshiyah al-Islâmiyah, Juz II, halm 22-23 dan Juz III, hal 107-108. Al-Khilafah, hal 22-23
15 Taqiyyuddin an-Nabhani, An-Nizhâm al-Ijtimâ’i fil-Islâm, hal 9
16 Ibid. hal 57
17 Sumber: Terjun ke Masyarakat, penulis: Taqiyuddin an-Nabhani, judul asli: Dukhûlul-Mujtama‘, dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir tahun 1377 H/1958 M, penerjemah: Abu Falah, Penerbit: Pustaka Thariqul ‘Izzah, Cetakan I, Syawal 1420 H, Februari 2000 M, hal 8 dan 9
Read More...

Gus Dur Dipanggil Sunan Gunung Jati

Jakarta, NU Online
Sesungguhnya para kekasih Allah tidaklah mati, mereka hanya meninggalkan wujud fisik yang fana, tetapi jiwa mereka abadi.

Al Qur’an dalam surat Ali Imron ayat ke 169 menegaskan “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.”

Kisah tentang “kehidupan” para wali yang sudah meninggal ini bisa diantaranya dialami oleh Gus Dur yang sering berkomunikasi dengan sejumlah wali yang telah lama meninggal, diantaranya dengan Sunan Gunung Jati.

Mantan sekretaris jenderal PBNU H Arifin Junaidi mengisahkan, suatu ketika, ia dherekke Gus Dur ke Cirebon untuk bertemu dengan KH Fuad Hasyim, pengasuh pesantren Buntet. Usai pertemuan yang berlangsung sampai larut  malam tersebut, mereka bergerak menuju Pekalongan untuk mengunjungi Habib Lutfi bin Yahya.

Di tengah perjalanan, tepatnya di daerah Losari, sekitar pukul 1 malam. Gus Dur meminta sopirnya untuk kembali lagi, menuju ke makam Sunan Gunung Jati yang berada di kompleks Astana Gunung Sembung Cirebon.

“Saya baru saja dipanggil Sunan Gunung Jati” kata Gus Dur menjelaskan alasannya kembali ke Cirebon.

Anggota rombongan yang lain semuanya terdiam saja, tanpa komentar. Dan perjalanan pun berlanjut sampai di kompleks makam. Herannya, ditengah malam buta tersebut, para juru kunci yang ada semuanya berkumpul, lengkap, menyambut kedatangan Gus Dur tersebut dengan memakai seragam kebesarannya yang biasa dipakai ketika menerima tamu istimewa, seolah-olah sudah ada yang memberi tahu, padahal waktu itu belum ada HP sebagai alat komunikasi yang canggih.

Mereka pun langsung menuju pemakaman. Sebagaimana tradisi Nahdliyin, ketika berziarah, mereka pun memanjatkan dzikir dan tahlil serta mendoakan Sunan Gunung Jati yang telah berjasa menyebarkan Islam di Jawa Barat.

Usai tahlil, Gus Dur tertunduk dan diam saja. Ia lalu keluar dari ruangan tempat dzikir menuju halaman. Arifin masih penasaran kok para juru kunci sudah pada siap menerima kunjungan Gus Dur, padahal sebelumnya tidak ada rencana berziarah. 
Ia lalu bertanya kepada seseorang tentang kejadian ini. “Kok sudah pada siap dan siapa yang memberi tahu?” Dijawabnya, semua juru kunci dibangunkan malam-malam itu juga oleh koordinatornya, dan disuruh bersiap oleh Kanjeng Sunan dengan pesan “Cucuku mau datang ke sini.”

Ia pun hanya bisa manggut-manggut keheranan akan fenomena luar biasa ini.

Setelah dirasa cukup ziarahnya, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan ke Pekalongan sebagaimana rencana semula. Karena masih penasaran, ia lalu bertanya kepada Gus Dur, kapan dipanggil oleh Sunan Gunung Jati.

“Ya tadi, waktu perjalanan baru dipanggil, disuruh mampir. Ke Cirebon kok ngak mampir.”

Gus Dur juga menjelaskan, waktu dirinya terdiam seusai tahlil, ia sedang berdialog dengan Sunan Gunung Jati, membincangkan berbagai masalah yang dihadapi oleh umat. source
Read More...

Matrenya Ustad Solmpret !

data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBhQSEBQUEhQVFRUWFBUWFBYYFRQUFhQUFBUVFBQUFBYXHCYeGBkjGhQVIC8gIygpLCwsFR4xNTAsNSYrLCkBCQoKDgwOGg8PFCkfHBwpKSkpKSkpKSkpKSkpKSkpKSkpLCkpKSkpKSkpKSwpLCksKSkpKSwsLCksLCkpKSkpKf/AABEIAPAAtgMBIgACEQEDEQH/xAAcAAAABwEBAAAAAAAAAAAAAAAAAQIDBAYHBQj/xABCEAABAwIDBAcGAwcDAwUAAAABAAIRAyEEMUEFElFhBiJxgZGhsRMyQsHR8AdS4SMkNENicvEUM5IVdKIlU1SCg//EABkBAAIDAQAAAAAAAAAAAAAAAAABAgMEBf/EACIRAQEAAgIDAAIDAQAAAAAAAAABAhEDIRIxQSIyE1FhBP/aAAwDAQACEQMRAD8AvRaihKRwq0ze6jASkAUARRBKJTG0MbTo03VKrg1jRJJ9BxPJMtpELkbd6U4fCD9tUh2jAN557tO9Zl0m/E+tWLmYcmjSyBFqjhxJ+GeDYVKfULjLiSTmSZJnnmjQ21Daf4xgAjD0CTo6o63/AAbn4hVjF/iRjqn87cGgY1re7InzVVRynonfb04xv/yavi36KbhfxLxzM6of/exh8xBVTDkpGg1DZX4wDLEUSP6qZt3td8iexXjYvSCjimb1B4cPiHuub/c03HovPAKmbK2zUw9UVKTi1w4ZHk4fEORRoPRqCqXQ/p7Txf7N8MrAZfC+JksJ7J3bq2hIxyjhBAlIxIBEUbUAUIwECiDkAqEEmUEAhJJSykhABGAiIQhAA2+/vmsM6e9KnYrEOa137Gmd1g0JGbyNSTN+C1Lp9tN1DAVXt94xTB4God2fAlYMQmjRAIwilBSA5QaEYTlGg53utLuwJWyezkt9EQlKYNh1yJ9mVGrYN7Pfa5vaD9EvPH+0rx5T4bBCBIRIlJA9SrFrg5pIIIIIsQRcEEarbegHSz/WUC18e1pwHkfE3R/bn/xWGEcFcvws2iaePa3SoxzD2hu83zaPFKiNqBQBSgEAFFIUobyMhFCAAKUEghHKAIoIpQQAhCUEYCAJFupxJKCUv8VW/wDp/wD+tP5rFStv/FOjOzXm8tfTPnHzWHvN1KFREp7DUC8w0SfvNJwtAvcGtzPkNSrls3Z7aYAb3nUqvkz0u4uLyvaPszow0CanWPDRWChgWgdUADhCOhSlTGMWLLPKuhhhJ6hsUhqiq0mm0ShiK4Z7y5eI6U0xYBx7hHqljjlfR5ZYz2RtDoxSqXA3HcW28QqntLY76B6w6ujhkforA7pS6ZayR5rohzMVRIi+oIuD4K/HLLC9s2eOGfpn4zVo/DvDb20qEaFzv+LHH1AVbxWGLHuacwVoH4P7J369SucqbNwc3VCJ8A3zWre4x2arWoQKNBR2BEJJCUihMAUlKQJTBAKCMORJAqEZCTKNABFKMokBw+m2AdW2fXYwEuLN5oGpad4jwaV59fn98F6eLVi/4hdCXYeq6tSaTQeZkX9m4n3XcBex5ngmWnF6PUQ1lSqbxYdwTlPF4h12tN8rZZKZ0XoTRdOrvkPFS6mLLXBjIk2k2A5k6CFnuX5Ncx/FAD8W2Cd4DguvgNoVSLz9VBwWNqvqPa/q7oNy0gSJ6syZUrZ1Yl9xHEfNQzulnHP6StoYN1SHExZc8YGg2N+/erNj2A0wIsq7/wBK94OaTva6jgR2KvHJdlh/ibh8ZhiAGwMsuHz7l0cHhm3LddVAwHR6mKe4GnOZJ5R6LsYbCbggKOdnyjCWe4o/S7A7tcOGTx5gwVoX4aVaNDCtZvHfqO9o47p3QSAGjeOdgD3lVjphhN5jDwfHc4wV0trYNrGUH0s2uY0EHMZEK6cupFM4JllWmkIBqRRndE8B6J0LQxWauiYRJRSZThCKSUsooUgQgjLUEgNHCKUEAcIBCEaABVH/ABAru9pRp/A5pJGmZBV4IVb6b7KNSi2o27qRJ/8AqY3vRQ5PS3h15dqFs3CBntGjSo7zAKlNwP8AlHSI9o/nuuy4tA+S6WHWO2t0kc6phvvLySKGHAKn7TqhjZ1yC59LEtbu77wCbxr4JTdWa0725LU0KbSYsj/6gwM49kSoVZ/tB1GuaQbTF0rE9urRohPPsFDweJJF7EZqVUMqKNcja9EOaA6w3mz4qVsXBGpUo0zcB5fP9LRZJxdEuIABdcGAJJi+WqsXRbAEOe9zSJADZBFs8jkrMMfKxXnn441YkEN1HC3uUSQgAjRIMSKUaBCQFKCBaggAEJQhGGpgUIkuEUIAkRANjfSO3RLIRQizYZptDZhpV37oO7JAsYAnqnsNx3IUq0R96LRsbhRUpuYfiETwOnms4r0Sx5aRBBg9yx8uPi3cXJ5EbUqAgTdc/wBiCd7L6KZtCjvMtmFwa2Hqzc20gfJRxkXXe3abuN/L2zKlU8dT/OB2/JV4UmjNxnsU+ns1j4EnmJv5J3pZqadehWBcCCuk4LmYfZjaRG6IHCZU81pVNu6UdHYNOa7e8+RVuhVromzec935RA7T/hWUrbxTUc/my3kKEQCCCtUCISSlSkFFAFAowECUAQciRQggFo5QlJKYGSgkgJaABKJCEaANVnpbsiR7ZouPfHEfm7forGkYykHU3t/Mxw8RHqVDObiWGWqy11RN1qW9rCRXsVBx+Idu2WSTt0PLpztqYUNIh5JXd2RVpU2gk31OeYCpdTFmblKp4kkgC9/OFouG4zzl1WljaAOSbdiFwNmNdF5nQart4fDzc9/JZMpJWvG7i59D2fsXH+v0H6qwBV3orj6YDqW8N+S4NyJZYEtGtwrCD990+i28f67c7k/YcpMoyERCmrApBS0lyACIIIFqASUEcIIAEI0YQTBJCNBCEAaNJhHCAAUDb20vYYepUGYad3+82b537lPKz38StuAmnRbkOu/tPVb3CSVHL0nhjuuJhqoqU2uzloJ7Yv5yo9fBnQwubs/aXs3brvdPlNj3KyYYsqCWOa719Viyll23yyzSvVNg75+D0U3BdHWsvvAdg+ZXZbg+SmUMLGg++1RvJUphijYTZwGkDnmpgaIyyTlRzWCXuAHMwq7tzpCHA06Jz+IZxHw92pUJjcql5SGtu7fDaNYBu8QWeyfJmlWa4ftGOFwYkWzi65uzfxVx1I9aoKo4VGgz3tAI7lC2g+aBGkE+dvQqsgLo8U1NOdz9XbfuiP4h0safZuinV0bMh/8AaTFxEEeEq27ywn8NNpYWhiPaYmpukf7chxa1xEFxIystn2dtuhXP7GtTqWmGuBMcYF1OqU0hJSiUlyRgEC5JhBAJKCVCJAO7qIhKSXOQCSEITraRK52P2symDDX1SBMMAJt29iWzkTN5E4nkPNZttb8QsQ50UwKTY06zs8iXDPOYXIf0nxVRvWrvi8gEAHvaBZRua7HhtXzpB0up4axJqPy3G/Dyc7Jvgsy2/tl2Iq77mhtg0ASRAJzJzSMQ+x8ef3qoYdP3pqVHe138cwqO/P6aARM+RvwSqRcLiZAzEjkRIub3jJSqtCIFzrBvF4KOg46jjFpj9Et9Hce0jC7erMNy50ZgiTI4EcipL9vVqrZZLBBJ4nh6Jilgaj/cY99vhY93oMzkpezOjmI9m0ii/wB7du2LzqHcjqoXGe9HL/qB7F7jLpmZ65s64LRui/K+iS7CkWzESLxqQCALkQBnxU/HYd9MvY4EOabtLg7d/XuUOpUufM8TGc/5RE/GIuOojdLN4ZRYR5BcWrsl1y2CBfunyXc9jrmNTnGtu021SiPnoM83eA+asxysU54TJWKmHc2xBz4FXv8ADLotXfiWVyH06bLzBb7TPqicxoewLnf6UdUtETpxsLnhmujgKtSkAaVRzCbktc5o46RN1K8quf8APb6bYKR1z4ff3ZA0uF+9U3oy/EvaHVaz3b07jSRG4IBqEQJ4Aa6q9UcPusvc6kmST9+icu1WWPj0iFqIqaylIBTVTDJoI4QRlBMCLtE4ymBHHVA08hxS/wCZ3BJKCrHRCpgwW7p5X1B0I4EZp+lSl0pvHYgNBPcBObj7oHOUBmHTbZLQ5lUANL99tQQY32RNTd1JETE8VTRmb2Vz6Y7UDnNptv7IOLyLE1HmXDgYiIGoPJUzeuTr5rPfbocXrsirllwGttYPBGKcCctfX0F0TBJHASSOXLlY5cU+5og/K3ImE9pybuzDyIA5RPOR805QPvdh46plzsuN1JwkgON4i1uUccoT2he61PomwjB0BEy5vhD9O9dp7pDrARWYDxJ3wZnjfzULouz92w/a3nNnePgulMtff+eBmT8Q49mifxl+so6YU/3vET+bUTmbZ5LgUnawfW0DJWTpp/F4mJ97QxrrxKruDuDPdz0Pgq2rHuaO4ZkTYZ62HDuz+5SMVhtQLHtJtfLUkxnon2ukC4yGeVuXGAjn7m90bSsN0hAjXXTMz81PwLQTB4ibD3Z4m/8AgqG4db7txyTrHx95DWB9+kqrZPxa/haYDyBYAU9wTb2e71bSbZrtVvdhZ90T6SyWU3zvNH7N1x7RhEmm4TAcIsTnYarQHuBaCMj9cjz0WjGzTmcmNlGz3R3JyE2cmhPhSVItWgMzbmgpJzKCNhBpXN0KzIqNPGQhROSfqiR2GUgFesKbC45BpJ1yvkqP0s21UY1u7vDfaSHiYaw/DOW/z0BsrziRYcyuXX2WCDugQfepkSx8wT1dHQIBEX0SvcTxsl7YtjKkHdy5SDE37ioDKkZ8Bx1JE8NVdelXRb2TDVpy6kSd5nxUnEDquibW7AqVWpwSM4Ay0vJjiqp102eW/R2lTtIM2jgQBBM8/qjdlcEZZgG2gEa53UZ790jjnEzoAPTzUqk+bgG98wb6dhBlKxbjkQKQ7LSecmIEawn6d2vscuNgkVDYDtPDO4/tNk7h2y11tMwVG1Px6a50UcDh8PpYcAbNyiM78Z5FdCkZaeeIPOYdNrchofDLm9EKe7h8P2HlYjLPLsHZC6VEQ1v/AHB0A+I6C2fP6K74599so6YQ7GYnL3yNZtw5rhs+XFd7pZ/FYi8ftDz1PYq+w+k2VO27jnSQ3IZZD008/FG1ttPrfI8klgs3W2uSS82sMzBIOQHvW7Ld6CvsVStfq5COYzE9uX/iFJbQ3+wEAmMibCyjNpyQMySLSJABbAGYndjtur90H2K071eo3eDCGUWmwdUIvM8wPLgVKTaOWXgZ6P8AQx1qlYuph12taN6q+PiaPhznI5LRcOxwaQWwJteSZ94ntMnvTmEwm71nHeeczw5ATa3DgpEK6YyMOfJ5U3UtufeSktCafT6zTwBTqlFZo5lBKGZQQHPpCJHAqZHmFFrNgh2hz+qktMt5hAN4l3UbxkfqkUzdI2g+Gg/1jz/yjZmlPYQNq4QEkO9ysPZ1BzM7rwI6ztJ0WLbWobpLbndJbyETcR2hbhtipu0wTI6wJIMQGy5xvoAL9hWHbUrSS4yC5ziBaBJMkctFDP20cVc3FHrWjIXyFs+71SaVYjI8wNPBCsb+HPlr9/JsffP5prN6rpE5Hs56GJUmiyWuMA5Xkgi40HcoFJ/VE+vOIPDVdOlTs62ozz94foqcvbVjd4tc2GyKeHAj3R+XWmJIjMeXFSafu6fxJyJPxd/07Am8A3q0L6MznP2ViZi/b3JfwnP+Jm4A1t2jvGucK74599su6YWxmIgn35gR5kWVbI9Pv1Vl6Zj98xOfvjKYN9ZVa8Mu/RUuhx+khlwLTbKe28jtTVR0mc7eQ4awTFx+VB1SGwM8jwFusZ0txskN/WDGVgwRloT1Ujk7TMG3rNGZmTB1JF5tz/4rVOgl6FMXs+qTdsTusi0mTBztkVk9F4EHhaxkWIl1+N7HgtD6BbQALmmGwQ8Tc7p6j8hPxDM/DwU8Oqz8s3GjwkuSh9/fzRK9gCJI7EtJb8kHFACmEaVSFkEBFptBb6pFCx3fDnzRYZ+n3KXWFg4aH7CQQ8YZpu4gjxaU5QdIB5eolIxTIcTo9v8A5D9JSsJ7o7PRECs9OdqhtJ4EEgbjc94PqZxGm6SsixNXedqR398XzkLX9r7IbWaG4gVAA9zmvYZgvJAkR+WLkcFT9t9CHU2e1YRWpxZzRdsyZI8MrqGTRhZrSkVzB88uQ1JRUWFzgPuNfIJ7H4ctdnIte/fPDXwQwTY60aWiJE637Eb6WybpVQcOUZeZyXSwT5aZBMa8ptA8cuPaua51+7jyvopeDbLXkCYHEiDfTsnz7FXfScuq2nZx6uHzyZoR/K7T8+RCcaOq7L+IvF/ii828Rw1hQ9gP3mUDrGkZbmoH17VOYZYc/wCItMD4tLH0M37Rb8Zb7ZX04tjcTmOsItxJzBtHyVdpvBg5cuGRt9FZOnJ/fcRcZi0C9ydPBVUGDbt9YB8R4qvTVjno4eekgkZEZv62l4EHigJi+Z4xm73ZHIDMJdISNYFicjEyc9b5FLwuE3j1gYMgR+cmwjNtlFfuWbO0MO52Uw0ADPjmPDJXvor0artqMqgFjAZJe6JYRuxA0g27joup0W6Kii1lXEN36x/22RanORdrNs5Vsbg969XrH8uTBaCI1BvmpzFj5OT4c2dW3mwDO6SwmQZ3cjPZBT4zRUxGX39/RGc1cylNz8PVJJkhGDmkMddIhYutAAGeaJHh2TLzrl2IICJTsVKHHQ2PboozXBSaGSYR8RTljhqLjtH6SmsC6aY7FLq5qHhWw0j+o+sqP0DOaYdhN2XUxnO8zSoAI3b5J9idpBS0N6Zn026MsY4VqdqT3Fr2D4KgzFhAGWpvPdS3UyyQQQc8ybkW77+ELbdvYD2jalPSpTdA3bCpT67XGCCCYAWNY9m6JgjiTeSLN9FTlG7hu45oPWP3p9PRT8HT6rjBmPCCDJ+9FzL733mRC62zACx5gzAE8udrjrZ8jwSy6hzuth2OyG0R/brI/wBvw4eGqlN9x3/caE6vz4+HDJNbOECiOTNT/wC3zzjne9k60y12v7x32eO866jyhT+M19su6efxuIuBJbOR1NhZVMk+vrbNW/p3P+txNxpnc+YVUpiTwGZ+XfdQjRJ0lbPodUnIG2Wcg/NW/oZshprGo8HcotL3A33nkaA8vRVjAEEC29B93kQDAWldCqP7AgA9bEDeg7p6sm8m4keaU7qWd8cVq2fRtvugvcLkCBu/C2OAnyUwBIYlhaWDZOqPVCpxSWuSIVV+iSRMNGtz2cPRNb8vdysO1SsOzXj6JA+0WRJL6kI0BywyU7QdBg9yBp3RwmC8a07u8M2+Y1UKlVlk/fFdOm5cluH9mXs03pb2H9ZSB6kn6QTFEKRRCkVRNqvjcPB5Oe7k1x1z0ssS2mRcAm5JjMRNsvRap022l7Onz3SBnm+WjrD3bB19LLKMY4zGYAm4gnx1mVRne23gnTnUmde+Qg+WXy7CV1MCbOBOgyFrWHZHBc2mYPeD4ZR96LoYR9ndaLHvPhYqGTRhPrZtlGW0D/S3iP5QyufonQSWGZP7wRnOTrRp3FRejzpp4c/0DhP+23tOvYeVlJo+4Mr4g6R8R/NYnt7lb8YcvbL+nF8bibA3GeY964m9oVXbTg8/ITBgKz9MCDjMSd2Yfne14yJnhqq0D99wVcbOOdJmDs3MjrC+ot9VoPQrHCHNJBipTqSeZLCbZmXLPsFTLgQ3OSbxkQOPYrt0T2ZULvaDqUmtcC89WxB3otmJBSn7FyasaWM0oJnD1C5jSRBIBI7k8tLnUVb3UzRcpDsiue2tmkCMDW3qlQfleV1QICgbLwe41xObnOce+0Ke4oFNZm6CKUEw/9k=KAPANLAGI.COM - Belakangan banyak dibicarakan mengenai Ustaz-Ustaz komersil yang mematok honornya untuk berdakwah. Kali ini giliran Ustaz Soleh Mahmud atau yang lebih dikenal dengan Solmed, dalam sebuah surat kabar lokal Hongkong berbahasa Indonesia, Solmed diberitakan membatalkan sepihak karena tidak menemui kesepakatan honor setelah meminta kenaikan honor dari yang sudah disepakati.
Menurut surat kabar tersebut, ketua Thariqul Jannah, Lifah Khalifah menyesalkan sikap 'Matre' Solmed yang memasang honor sebesar 10 juta meski sudah menyepakati honor awal sebesar 6 juta. Tidak hanya itu saja, dalam surat kabar tersebut, Lifah membeberkan permintaan Solmed sebesar 10% dari penjualan tiket dan 50% dari dana infak lewat surban keliling.

"Bukan hanya itu, manager Solmed meminta 10% dari harga tiket sebagai royalti dan 50% dari dana infak/ surban keliling, pada hal di kampung para jamaah ini juga sedang membina madrasah, pondok pesantren Tahfidhul-Quran dan ada anak asuh yatim piatu," kata Lifah seperti dilansir surat kabar lokal Hongkong, Kindo.
Beberapa fasilitas lain juga diminta Solmed, seperti penginapan berbintang dan mobil jemputan pribadi selama berada di Hongkong. Rencananya Solmed diminta untuk berdakwah di depan pekerja Indonesia yang mencari rezeki di Hongkong.
Sejak peristiwa tersebut, jamaah Thariqul Jannah mulai introspeksi diri untuk tidak memanggil pendakwah yang hanya mengedepankan sisi kepopulerannya saja. (KBGD)
Read More...

Tukar Link Otomatis

Sangpecinta: www.facebook.com/anti.wahabi ::: Santun Menyejukkan:::

video

no video list

Labels

Posting Terbaru

Menu Blog

Arsip Blog

Top Comments